Depzkwan's Blog

My Life's Passion

Film Bertemakan Mikro Ekspresi

Sudah pernah dengar film “Lie to Me”? Bukan, bukan yang serial drama korea, tapi ini serial TV Amerika. 

Serial ini berkisah tentang tokoh yang bisa membaca mikro ekspresi. Hingga saat ini cuma mentok sampai season 3. Dulu sempat ditayangkan di TV lokal. Dr. Lightman, sang tokoh, membuka instansinya sendiri untuk membantu FBI dan organisasi lainnya yang membutuhkan bantuannya, bahkan ia membantu personal yang memang membutuhkan.

Ternyata Korea juga tidak mau kalah. Bedanya, film yang diadaptasi dari komik Jepang ini, dalam merajut kisah membaca mikro ekspresi ditampilkan dalam bentuk permainan reality show di dalam sebuah film, sehingga tidak aneh jika judul film serial drama korea ini adalah “Liar Game”, sesuai dengan nama reality show yg ditampilkannya.

Perbedaan drama Amerika dan Korea ini terlihat dari jalinan ceritanya.

“Lie to Me” lebih menekankan pada pengaplikasian membaca mikro ekspresi di setiap episodenya yang berbeda cerita.

Sedangkan “Liar Game” tidak selalu menekankan pembacaan mikro ekspresi, bahkan sebenarnya lebih ke perang psikologis untuk mendapatkan uang yang ditawarkan dalam reality show itu.

Kalau dilihat dari kekompleksannya, Liar Game lebih menonjol. Namun, jangan harap untuk melihat banyak pembacaan mikro ekspresi di sini.
Kalau ingin melihat pembacaan mikro ekspresi lebih detail, langsung saja nonton Lie to Me yang lebih ke genre crime.

 

Liar Game (2014) - based on Japanese Manga

Liar Game (2014) – based on Japanese Manga

Lie to Me (2009-2011)

Lie to Me (2009-2011)

Leave a comment »

Belajar Kehidupan dari MOORIM SCHOOL

Moorim School

Moorim School

Mari memblow-up drama serial Korea yang katanya berating rendah ini dan tengah dilanda kontroversi. Well, kontroversinya sudah lewat sih. Sayang banget, mungkin karena kontroversi ini, ratingnya jadi rendah dan jumlah episodenya dipangkas. SPOILER ALERT!

Sekilas tentang kontroversinya: Netizen China yang menonton protes adanya salah satu adegan di episode-episode awal yang menyinggung rakyat China. Sedangkan netizen Korea sendiri ada yang menilai bahwa ini adalah salah satu drama Korea terburuk.

Lagi hangat-hangatnya drama Descendants of the Sun? Saya belum bisa ngomong dulu soal film itu karena belum sampe episode final. Namun saya akui, setelah nonton episode pertama dan kedua memang jalan ceritanya keren, apalagi si Bro Joongki yang katanya sekarang kepopulerannya melebihi Lee Minho. Hohoho…

Mari kembali lagi ke drama Moorim School yang ratingnya (sekitar 4%) memang jauh banget dengan drama terbarunya Joongki (rating terbaru sekitar 30%). Sebenarnya inti cerita drama ini bagus banget, mengenai kehidupan, seperti persahabatan dan kekeluargaan. Di sekolah ini diajarkan meditasi dan bela diri. Namun, fokusnya bukanlah di sana, melainkan prinsip di balik itu. Saya berani ngomong ini karena ini juga ilmu yang pernah saya didapat di klinik kesehatan dan saya rasakan manfaatnya. Jadi, ini ilmiah.

Di drama ini awal-awal episode terus dibahas tentang life energy atau energy kehidupan. Ya, jadi kalau kita tahu caranya mengumpulkan energi kehidupan itu, maka manfaatnya tidak hanya bagi kesehatan jasmani, tapi juga kesehatan rohani (emosi atau hubungan sosial), dan juga mengembangkan potensi yang ada.

Ada salah satu episode di mana aktor utama (Shinwoo) diajarkan untuk mengumpulkan energi dari alam. Kalau yang pernah belajar pasti tahu itu ilmiah, di mana kemudian energi itu dikumpulkan di bawah pusar. Shinwoo ini pun akhirnya menyadari saat berada di sekolah ini penyakitnya yang tak terdeteksi itu sudah lama tak kambuh kembali.

Kemudian ada seorang tokoh yang 18 tahun koma baru tersadar kembali. Ada dialog yang mengatakan bahwa (kurang lebihnya) dia beruntung karena menyimpan energi kehidupan sehingga masih bisa bertahan. Ya, intinya begitulah. Secara ilmiah saya setuju tentang energi kehidupan itu bisa membuat dia bertahan, tapi jangka waktu selama 18 tahun(?), saya pikir bisa lebih cepat dari itu. Apalagi diceritakan tokoh ini adalah profesional, dengan energi kehidupan yang dia punya dan terlatih seharusnya tidak selama itu. Tapi ya,namanya juga film dan bisa ditarik kesimpulan juga, mungkin jalan yang dikasih sudah begitu.

Shinwoo pun menghadapi hubungan persahabatan dan romansa yang pasang surut. Di sini Shinwoo bisa mewakilkan kita semua yang mempunyai masalah serupa dan bagaimana cara menanganinya supaya kita tidak menyakiti antar teman. Yah, kalau kita ga mau kehilangan sahabat, setidaknya kita bisa mengikuti cara positif dari sini. Namun, kalau kita menanganinya dengan cara negatif, mungkin bisa dilihat di drama Cheese in the Trap.

Otak brilian memang bisa membuat balas dendam, tapi tidak selalu bisa untuk mengembalikan sahabat yang pernah ada, malah bisa menjadi bumerang sendiri. Hati yang tulus kadang disalahartikan, tapi dengan cara yang teguh dan positif setidaknya bisa melanggengkan hubungan sahabat menjadi baik kembali.

Dalam hal pengembangan potensi, di sini diceritakan bahwa penyakit tak terdeteksi yang dimiliki Shinwoo adalah ketidaktahuan Shinwoo dalam menyalurkan energi tersebut, bahkan awalnya SHinwoo sendiri tidak tahu apa yang dialaminya. Namun, akhirnya Shinwoo mampu mengolahnya yang ia pakai untuk memproteksi diri sendiri dan orang di sekitarnya.

Sebenarnya cerita ini jadi agak aneh setelah muncul konflik utama di tengah-tengah episode yang sekitar 6 episode kemudian akan habis dari 16 episode. Yah, setelah baca berita, ternyata episodenya dipangkas yang awalnya berjumlah 20. Sayang sekali. Jalan cerita jadi terkesan terburu-buru.

Konflik utama ini juga yang menjadi penguji persahabatan dan romansa Shinwoo dan teman-temannya. Ada yang awalnya membela antagonis, tetapi akhirnya tidak balik menyerang karena ia menyadari apa yang telah diperbuat teman-temannya secara positif itu dilakukan demi dia.

Ada yang membuat saya bingung juga adalah penempatan beberapa tokoh yang entah membela siapa, tapi kesannya tetap antagonis.

Ada komentar yang menyatakan bahwa film ini bagus berakhir dengan happy ending, tidak seperti film Cheese in the Trap dan Remember yang dibuat gantung. Yah, kurang lebih begitu komentarnya. Jadi, balik lagi ke selera masing-masing ya. Kebetulan sebelum nonton Moorim School saya juga nonton 2 film itu. Yang film Remember itu menurutku sih setengah gantung, heheh…

Setelah drama Jepang merajai drama serial tentang kehidupan nyata dan moral yang terkandung (menurut saya, F4 Jepang lebih dapet banget moralnya), menurut saya sepertinya Moorim School satu-satunya drama Korea yang pernah saya tonton tentang kehidupan nyata dan bagaimana cara menghadapinya meski digarap dengan fantasi, tapi ya fantasi yang memang ilmiah.

Leave a comment »

Mau Referensi Film Bertema Kedokteran ala Korea?

Mau Referensi Film Bertema Kedokteran ala Korea?

Bagi yang suka nonton film bertema medik, mungkin beberapa film Korea ini bisa menjadi salah satu referensi. Namun, yang namanya film, pastinya ada drama di sana-sini:

1. Emergency Couple
Dari judulnya bisa dilihat ini drama yang menonjolkan sisi romance. “Couple” menjadi perwakilan isi ceritanya. Sepasang yang sudah bercerai tidak sengaja bertemu di sebuah rumah sakit beberapa tahun setelah berpisah dan mereka bertemu sama-sama sebagai seorang dokter. Banyak istilah kedokteran yang bermunculan di sini dan penjelasannya selalu tertera di atas subtitle yang ada sewaktu sedang dibahas. Kadang kalau mau bener-bener tau istilahnya harus dipause dulu. hehe…

Dari semua serial yang saya tonton, Cuma serial ini yang ada penjelasan istilah kedokterannya.

2. Good Doctor
Seorang anak autis yang mempunyai kemampuan memori mencengangkan bisa menjadi dokter di serial ini. Konflik terjadi dalam tubuh si anak ini dan dengan pihak luar tim dokternya. Tim dokternya malah sangat mendukung dia dan kadang-kadang tak habis pikir dengan perilaku lucu yang dibuatnya.

Cerita romance cukup menghibur dalam cerita ini.

3. Medical Top Team

Konflik ditekankan pada tubuh rumah sakit yang saling berebut posisi. Politik dalam merebut posisi sebuah jabatan.

Namun, saya merasa masih banyak plot hole.

Sang aktor utama diceritakan mengelola rumah sakit di pedalaman yang membutuhkan dana. Oleh karena itu ia menerima tawaran menjadi tim dokter di sebuah rumah sakit mewah di kota sebagai salah satu cara untuk mendanai kembali rumah sakit di pedalaman yang telah ditutup. Tapi, di akhir cerita tidak diceritakan lagi bagaimana hubungan dia dengan orang-orang di rumah sakit yang dikelolanya.

Kemudian, hubungan asmara yang ‘ceritanya’ dibangun oleh aktor utama di sini tidak begitu terlihat. Di mata saya, ia hanya seperti cowo yang lagi iseng pdkt tapi tidak serius untuk menjalin hubungan. Beda dengan karakter yang diperankan oleh Choi Minho saat mendekati cewe yang sama (sebelum didekati aktor utama), terlihat banget seriusnya, dan perasaan yang diperlihatkan juga jelas.

Hubungan romance di sini memang hanya ditampilkan sebagai bumbu saja, tapi sebagai aktor senior (lebih senior dari Choi Minho), saya rasa itu cukup mengecewakan.

(Oke, saya nonton ini karena ada Choi Minho, tapi taunya bukan tokoh utama dan saya ingetnya Cuma nama dia, hahaha)

4. Doctor Stranger

Ada salah satu komentar yang mengatakan bahwa “jangan mengharapkan cerita romance di sini dan bla bla…”.

Well, setelah saya menontonnya, komentar itu pantas disandangkan terhadap film nomor 3.

Di film ini cerita politik pemerintahan, romance, dan kedokteran benar-benar ngebland jadi satu.

Setiap episodenya banyak twist yang tak terduga sehingga tak sabar untuk menonton kelanjutannya. Endingnya benar-benar unpredictable, tidak seperti film nomor 1.

Acting Lee Jong-suk keren abis!! Dokter slengean punya skill yang top abis dan tidak mementingkan jabatan dan resiko! Yang ia pikirkan hanya keselamatan pasien! Actingnya yang berkenaan dengan politik, romance, dan kedokteran semua dapet feelnya.

Saat di episode belasan saya merasakan jalan cerita seperti agak dipaksakan supaya cepat selesai, tapi ternyata itu untuk langkah twist selanjutnya.

Mungkin ini satu-satunya film serial dengan banyak genre (dengan tema medik) yang bisa menjaga plot dari awal hingga selesai dengan cukup baik dan acting-acting yang dapet feelnya.

Leave a comment »