Moorim School
Mari memblow-up drama serial Korea yang katanya berating rendah ini dan tengah dilanda kontroversi. Well, kontroversinya sudah lewat sih. Sayang banget, mungkin karena kontroversi ini, ratingnya jadi rendah dan jumlah episodenya dipangkas. SPOILER ALERT!
Sekilas tentang kontroversinya: Netizen China yang menonton protes adanya salah satu adegan di episode-episode awal yang menyinggung rakyat China. Sedangkan netizen Korea sendiri ada yang menilai bahwa ini adalah salah satu drama Korea terburuk.
Lagi hangat-hangatnya drama Descendants of the Sun? Saya belum bisa ngomong dulu soal film itu karena belum sampe episode final. Namun saya akui, setelah nonton episode pertama dan kedua memang jalan ceritanya keren, apalagi si Bro Joongki yang katanya sekarang kepopulerannya melebihi Lee Minho. Hohoho…
Mari kembali lagi ke drama Moorim School yang ratingnya (sekitar 4%) memang jauh banget dengan drama terbarunya Joongki (rating terbaru sekitar 30%). Sebenarnya inti cerita drama ini bagus banget, mengenai kehidupan, seperti persahabatan dan kekeluargaan. Di sekolah ini diajarkan meditasi dan bela diri. Namun, fokusnya bukanlah di sana, melainkan prinsip di balik itu. Saya berani ngomong ini karena ini juga ilmu yang pernah saya didapat di klinik kesehatan dan saya rasakan manfaatnya. Jadi, ini ilmiah.
Di drama ini awal-awal episode terus dibahas tentang life energy atau energy kehidupan. Ya, jadi kalau kita tahu caranya mengumpulkan energi kehidupan itu, maka manfaatnya tidak hanya bagi kesehatan jasmani, tapi juga kesehatan rohani (emosi atau hubungan sosial), dan juga mengembangkan potensi yang ada.
Ada salah satu episode di mana aktor utama (Shinwoo) diajarkan untuk mengumpulkan energi dari alam. Kalau yang pernah belajar pasti tahu itu ilmiah, di mana kemudian energi itu dikumpulkan di bawah pusar. Shinwoo ini pun akhirnya menyadari saat berada di sekolah ini penyakitnya yang tak terdeteksi itu sudah lama tak kambuh kembali.
Kemudian ada seorang tokoh yang 18 tahun koma baru tersadar kembali. Ada dialog yang mengatakan bahwa (kurang lebihnya) dia beruntung karena menyimpan energi kehidupan sehingga masih bisa bertahan. Ya, intinya begitulah. Secara ilmiah saya setuju tentang energi kehidupan itu bisa membuat dia bertahan, tapi jangka waktu selama 18 tahun(?), saya pikir bisa lebih cepat dari itu. Apalagi diceritakan tokoh ini adalah profesional, dengan energi kehidupan yang dia punya dan terlatih seharusnya tidak selama itu. Tapi ya,namanya juga film dan bisa ditarik kesimpulan juga, mungkin jalan yang dikasih sudah begitu.
Shinwoo pun menghadapi hubungan persahabatan dan romansa yang pasang surut. Di sini Shinwoo bisa mewakilkan kita semua yang mempunyai masalah serupa dan bagaimana cara menanganinya supaya kita tidak menyakiti antar teman. Yah, kalau kita ga mau kehilangan sahabat, setidaknya kita bisa mengikuti cara positif dari sini. Namun, kalau kita menanganinya dengan cara negatif, mungkin bisa dilihat di drama Cheese in the Trap.
Otak brilian memang bisa membuat balas dendam, tapi tidak selalu bisa untuk mengembalikan sahabat yang pernah ada, malah bisa menjadi bumerang sendiri. Hati yang tulus kadang disalahartikan, tapi dengan cara yang teguh dan positif setidaknya bisa melanggengkan hubungan sahabat menjadi baik kembali.
Dalam hal pengembangan potensi, di sini diceritakan bahwa penyakit tak terdeteksi yang dimiliki Shinwoo adalah ketidaktahuan Shinwoo dalam menyalurkan energi tersebut, bahkan awalnya SHinwoo sendiri tidak tahu apa yang dialaminya. Namun, akhirnya Shinwoo mampu mengolahnya yang ia pakai untuk memproteksi diri sendiri dan orang di sekitarnya.
Sebenarnya cerita ini jadi agak aneh setelah muncul konflik utama di tengah-tengah episode yang sekitar 6 episode kemudian akan habis dari 16 episode. Yah, setelah baca berita, ternyata episodenya dipangkas yang awalnya berjumlah 20. Sayang sekali. Jalan cerita jadi terkesan terburu-buru.
Konflik utama ini juga yang menjadi penguji persahabatan dan romansa Shinwoo dan teman-temannya. Ada yang awalnya membela antagonis, tetapi akhirnya tidak balik menyerang karena ia menyadari apa yang telah diperbuat teman-temannya secara positif itu dilakukan demi dia.
Ada yang membuat saya bingung juga adalah penempatan beberapa tokoh yang entah membela siapa, tapi kesannya tetap antagonis.
Ada komentar yang menyatakan bahwa film ini bagus berakhir dengan happy ending, tidak seperti film Cheese in the Trap dan Remember yang dibuat gantung. Yah, kurang lebih begitu komentarnya. Jadi, balik lagi ke selera masing-masing ya. Kebetulan sebelum nonton Moorim School saya juga nonton 2 film itu. Yang film Remember itu menurutku sih setengah gantung, heheh…
Setelah drama Jepang merajai drama serial tentang kehidupan nyata dan moral yang terkandung (menurut saya, F4 Jepang lebih dapet banget moralnya), menurut saya sepertinya Moorim School satu-satunya drama Korea yang pernah saya tonton tentang kehidupan nyata dan bagaimana cara menghadapinya meski digarap dengan fantasi, tapi ya fantasi yang memang ilmiah.